TIMES FLORES, PACITAN – Menjelang puncak libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025, Dinas Perdagangan dan Tenaga Kerja Kabupaten Pacitan (Disdagnaker Pacitan) menemukan adanya selisih mencolok dalam laporan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah SPBU.
Temuan ini terungkap setelah lembaga tersebut merampungkan rekapitulasi laporan November 2025 dari 10 SPBU yang beroperasi di wilayah Pacitan.
Analis Perdagangan Ahli Muda Disdagnaker Pacitan, Wahyu Dwi Cahyono, menyatakan selisih yang muncul bukan hanya terjadi di satu atau dua titik, melainkan hampir di seluruh jenis BBM bersubsidi maupun nonsubsidi.
“Pemantauan rutin terdapat beberapa SPBU mencatat selisih stok yang signifikan. Ini jadi perhatian serius karena kita memasuki periode konsumsi tinggi,” ujar Wahyu, Jumat (12/12/2025).
Data Resmi Ungkap Selisih Puluhan Ribu Liter
Dalam dokumen Rekapitulasi Laporan Stok dan Penyaluran BBM November 2025 yang diperoleh TIMES Indonesia, tercatat sisa lebih sebagai berikut:
- Pertalite: 55.117 liter
- Pertamax: 104.573,42 liter
- Biosolar: 61.045 liter
- Dex: 26.645,71 liter
- Dexlite: 15.285,67 liter
Pertamax menjadi jenis dengan sisa lebih terbesar. Selisih sebesar ini menimbulkan pertanyaan karena pola konsumsi masyarakat Pacitan selama November tidak menunjukkan lonjakan berarti.
Ini Daftar SPBU dengan Selisih Paling Besar
Dari 10 SPBU yang diperiksa, beberapa titik menunjukkan angka selisih yang paling mencolok:
1. CV Haesbi Primakarya Ploso
- Pertalite: 8.866 liter
- Pertamax: 18.669 liter
- Turbo: 1.835 liter
- Biosolar: 12.706 liter
2. UD Bukit Prima Nanggungan
- Pertalite: 8.740 liter
- Pertamax: 13.829 liter
- Turbo: 11.804 liter
3. PT Anugrah Andalan Utama (Punung)
- Pertalite: 2.991,88 liter
- Pertamax: 8.423,46 liter
- Turbo: 4.328,57 liter
4. SPBU Purworejo
- Pertalite: 8.320 liter
- Pertamax: 19.345 liter
5. SPBU Soge – PT Anugrah Andalan Utama
- Pertalite: 8.142,20 liter
- Pertamax: 12.004,96 liter
Selisih berulang di banyak titik sekaligus jenis BBM memicu dugaan adanya persoalan sistemik, entah pada proses input data, meter pengisian, atau bahkan potensi maladministrasi distribusi.
Mengapa Bisa Selisih? Disdagnaker Belum Temukan Jawaban Tunggal
Wahyu menjelaskan bahwa selisih stok dapat berasal dari banyak faktor teknis seperti akurasi meter pompa yang menurun, proses bongkar muat, hingga variasi konsumsi harian. Namun ia tak menutup kemungkinan adanya potensi pelanggaran.
“Setiap selisih tetap kami telusuri. Kalau ada indikasi penyimpangan—sekecil apa pun—akan ada langkah tegas,” tegas Wahyu.
Sementara itu, sumber internal Disdagnaker yang enggan disebutkan namanya menyebutkan bahwa beberapa SPBU rutin mencatat selisih di atas 5.000 liter setiap bulan, angka yang tidak wajar untuk kategori SPBU berkapasitas kecil.
Kebutuhan BBM Dipastikan Naik, Risiko Kelangkaan Semu Mengintai
Pacitan merupakan daerah wisata. Pada akhir tahun, kebutuhan BBM biasanya naik 15–20 persen. Selisih stok yang besar di laporan SPBU berpotensi memengaruhi suplai resmi dari Pertamina.
“Kalau data stok di SPBU tidak presisi, suplai bisa salah hitung. Itu yang memicu kelangkaan semu,” masih kata Wahyu.
Karena itu, Disdagnaker menegaskan seluruh SPBU wajib menjaga akurasi laporan harian dan transparansi penyaluran BBM.
Pengawasan Diperketat: Spot Check hingga Verifikasi Data Pertamina
Menjelang Nataru, Disdagnaker akan menggelar pengawasan intensif berupa pengecekan meter harian, verifikasi fisik tangki, audit silang data dengan pengiriman Pertamina, serta koordinasi dengan kepolisian untuk memantau distribusi BBM bersubsidi.
Wahyu mengatakan laporan final baru akan diumumkan setelah investigasi lapangan selesai.
Pertamax Turbo Menghilang dari SPBU
Untuk memastikan kondisi di lapangan, TIMES Indonesia melakukan penelusuran ke beberapa SPBU. Di SPBU Punung, petugas bernama Intan Aprilia mengungkapkan bahwa Pertamax Turbo tidak tersedia sejak sebulan terakhir.
“Pertamax Turbo kosong, Mas. Sudah sebulan ini nggak ada kiriman,” katanya pelan.
Ia menyebut suplai Turbo berasal dari distributor di Surabaya sehingga lebih rentan hambatan. “Khusus Turbo itu kirimannya beda. Katanya memang nggak ada barengannya,” ujarnya.
Intan mengaku konsumsi Turbo cukup tinggi dan cepat habis setiap kali suplai datang. “Banyak peminatnya. Biasanya nggak lama langsung habis,” imbuhnya.
Situasi yang sama terjadi di SPBU Bangunsari, yang tidak menerima pasokan Turbo sejak 3 Desember.
Kondisi lapangan ini menambah lapisan persoalan saat laporan stok terdapat selisih, suplai Pertamax Turbo justru berhenti.
Konsumen BBM non subsidi di Pacitan, Trihardi (42) mengaku kecewa atas kelangkaan Pertamax Turbo di sejumlah SPBU. "Wah, repot kalau begini terus. Pelanggan kecewa," ujarnya dengan nada kesal.
Ia pun berharap, pihak SPBU ada upaya untuk mengatasi kelangkaan stok.
Dikonfirmasi terpisah, petugas SPBU di Pacitan yang enggan disebut namanya mengaku sudah mengirimkan permintaan pengiriman stok BBM Pertamax Turbo ke Surabaya namun hingga kini belum ada tindak lanjut. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Selisih 55 Ribu Liter BBM di SPBU Pacitan Jelang Nataru, Ada Apa dengan Data Stok?
| Pewarta | : Yusuf Arifai |
| Editor | : Ronny Wicaksono |